Selasa, 03 Januari 2012

Menanti Sepak Bola Indonesia di Masa Depan

“Pemain Asal Indonesia Rebut Penghargaan Pemain Terbaik Asia”. “Persipura Jayapura Juara Liga Champion Asia”. “Asa Garuda Muda di Putaran Final Olimpiade”. “Kandaskan Jepang, Garuda Juara Piala Asia”. “Indonesia, Berada di Grup Maut Piala Dunia”. “ASEAN, Bukan Lagi Level Garuda”. Impian penggila sepak bola bangsa ini untuk melihat bertebarannya headline koran-koran nasional di atas nampaknya tidak bisa direalisasikan saat ini juga.
Sepak bola, merupakan olahraga yang paling diminati di seluruh pelosok bangsa ini. Pamor sepak bola nasional yang minim prestasi bukan halangan bagi masyarakat yang memutuskan untuk menjadi suporter, sejati ataupun sesaat. Gemerlap prestasi jelas kalah dari bulu tangkis, olahraga raket ini mampu memberikan banyak prestasi tingkat dunia bagi Indonesia. Entah mengapa kecintaan masyarakat pada sepak bola tak pernah luntur. Bisa dibilang prestasi sepak bola Indonesia sejajar dengan tingkat korupsi yang menggerus kekayaan negeri ini. Apalagi saat ini kompetisi yang tak kunjung dimulai yang berakhir dengan ricuh dan dualisme dari berbagai pihak. Klub yang dulu menyatukan seluruh rakyat di daerah, kini mulai terpecah dengan trend dualisme yang banyak muncul. Suporter dituntut memilih Arema, Persija, PSMS, Persis Solo, Persebaya yang katanya resmi di bawah naungan PSSI atau yang katanya di liga yang ilegal menurut PSSI. Belum lagi carut-marut tim nasional senior yang dibantai habis-habisan di Kualifikasi Piala Dunia 2014. Walau sempat asa juara muncul kala Garuda Muda tampil di final SEAG 2011 yang lalu, masyarakat masih diuji kesabarannya untuk meliahat Sang Saka Merah Putih berkibar tinggi. Mungkin kekalahan Garuda Muda merupakan muara dari kejamnya rezim PSSI yang dahulu maupun kini.
Kalau diteruskan tulisan ini bakal dipenuhi dengan keburukan sepak bola nasional, maka cukup saja sampai di situ. Stigma-stigma buruk tentang sepak bola nasional perlu dihapus secepatnya. Optimisme yang sempat ada jangan sampai redup lagi sampai kapanpun. Indonesia dipenuhi oleh banyaknya pemain berbakat. 220 juta masyarakat Indonesia, bakal ada yang mewakili Asia untuk menjadi “Ronaldo baru” atau “Messi baru”. Jika Anda penggemar game sepak bola Football Manager (FM) dan memainkan Liga Indonesia tentu kualitas liga, pemain, dan tim nasional jauh di bawah dengan liga lain yang bisa dimainkan. Itu merupakan cerminan keadaan sepak bola kita saat ini. Saya sempat bingung, mengapa liga yang buruk berisikan skill pemain yang kalah dari negara Asia lain ini masih terus dicantumkan dalam daftar main di FM dari tahun 2005 yang lalu. Bukankah sepak bola kita kalah dari Jepang, Arab Saudi, atau bahkan Thailand yang notebene liganya tak dapat dimainkan di FM? Lalu apa alasan sang pembuat game terus mencantumkan liga di negara kita ini di database-nya?
Mugkin keyakinan yang dimiliki oleh sang publisher sama besarnya dengan saya. Jika dimainkan dalam 8-10 musim ke depan, kualitas pemain yang dimiliki Liga Indonesia sama baiknya dengan liga lain bahkan liga-liga di Eropa. Liga Indonesia menjadi magnet bagi banyak pemain berlabel bintang pengoleksi caps internasional bagi negara-negara besar atau bahkan pemain Asia sendiri.
Di dunia nyata, hal ini diawali dengan hadirnya pemain-pemain muda potensial milik negeri ini. Buktinya, 5 lulusan SAD Indonesia di Uruguay telah dikontrak klub non Indonesia, belum lagi ketika Indonesia berhasil menjuarai turnamen gelaran Arsenal di London. Hasilnya, 2 pemain belia hampir direkrut Arsenal Academy, akademi sepak bola terbaik tanah Inggris. Kita juga masih ingat ketika tim asal Indonesia menjuarai turnamen AC Milan 2 kali secara beruntun. Dan yang mengejutkan lagi, mereka berhasil menang atas AC Milan Academy, akademi resmi milik Milan.
Jika pengelolaan dan pembinaan pemain muda Indonesai mulai dikembangkan dari sekarang tanpa ada pemutus rantai jenjang usia, bukan tak mungkin mereka menjadi key player di klub-klub top Eropa mendatang. Sungguh membingungkan jika ketika mereka sarat prestasi di masa muda tak bisa membawa Sang Garuda memenuhi jutaan harapan pecinta sepak bola.
Mari bergerak dan tak lagi menanti menciptakan sepak bola Indonesia yang luar biasa hebatnya. Tim nasional yang tak lagi harus menjadi bulan-bulanan negara lain. Suporter yang tak harus mengeluarkan tangis ketika Garuda kalah dari negara tetangga. Dan saya tak sabar menunggu, ketika headline di atas tadi saya baca dengan sungguh nyata. bravo sepak bola Indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar