Jumat, 04 Mei 2012

Serangan Jantung dan Olahraga

Serangan jantung menjadi momok yang menakutkan bagi semua orang, tak terkecuali para olahragawan. Namun, muncul pertanyaan, mengapa seorang atlet yang secara rutin melatih dan menjaga kebugaran tubuhnya juga dapat mengalami serangan jantung? Hal ini coba dijelaskan oleh Owen Anderson, dalam artikelnya yang berjudul Heart attack risks are greater for athletes who compete in endurance sports. Owen menjelaskan bahwa 1 dari 50.000 atlet olahraga ketahanan (seperti marathon, triathlon, dll) beresiko tinggi mengalami serangan jantung. Hasil ini diperoleh setelah meneliti kandungan enzim cardiac troponin I pada 38 atlet sepeda yang mengikuti kompetisi Tyrolean Otztaler Radmarathon tahun 1999 lalu. Enzim cardiac troponin adalah enzim yang lazim terkandung dengan jumlah yang tinggi pada darah seseorang yang terdeteksi mengalami serangan jantung. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kandungan cardiac troponin I meningkat pada 13 pesepeda (34%) setelah mengikuti kompetisi tersebut. Faktor-faktor yang menjadi pemicunya antara lain karena usia (makin muda makin “buruk”), catatan waktu (semakin cepat, resiko bertambah tinggi), dan jarak yang ditempuh saat latihan. Melakukan latihan dan pertandingan dengan volume yang tinggi menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan myocardial. Jika dibandingkan dari jarak tempuh, sepak bola tidak kalah berat dengan olahraga ketahanan lainnya. Menurut Anwari Irawan, pesepakbola profesional rata-rata mempunyai total jarak tempuh 9-12 km per pertandingan, dengan aktivitas lari cepat (sprint) dan aktivitas bertenaga intensitas tinggi secara total rata-rata sejauh 500 m dan 2.1 km. Pemain dengan jarak tempuh rata-rata total lebih dari 10 km per pertandingan umumnya adalah pemain yang berposisi gelandang serang atau juga playmaker. Shunsuke Nakamura contohnya, gelandang serang bintang sepakbola Jepang ini mempunyai jarak tempuh rata-rata 12 km per pertandingan saat membawa Glasgow Celtic menjuarai liga Skotlandia pada musim kompetisi 2006/2007. Berdasarkan data tersebut, maka pemain sepak bola memiliki resiko yang sama tingginya untuk terkena serangan jantung dengan atlet olah raga ketahanan lain. Bahkan mungkin pesepakbola profesional memiliki resiko yang lebih tinggi lagi. Hal ini diakibatkan intensitas latihan dan pertandingan yang dilakoninya jauh lebih tinggi. Pemain profesional umumnya bermain sekali dalam seminggu. Bandingkan dengan marathon misalnya, yang memiliki aturan untuk membatasi atletnya bertanding hanya dua kali dalam setahun. Sepak bola sudah menjadi sebuah industri besar. Para pemain dituntut untuk memberikan seluruh kemampuan terbaiknya di semua pertandingan yang ia jalani. Sayangnya, jadwal yang padat menyebabkan fisik dan stamina pemain terkuras. Perlu perhatian khusus agar kesehatan dari para pemain tetap terjamin. Keuntungan yang diperoleh dari pertandingan sepak bola memang sangat besar, tapi keselamatan para pemainnya tentu harus lebih diperhatikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar